Kuliah Tamu 2024 Teknik Mesin S-1 ITN Malang menghadirkan narasumber Ir. Yosef Marlono, MM, Professional Engineer, Vice President of Technology Support & Multinational Company, dan Senior Advisor. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
Malang, ITN.AC.ID – Kebutuhan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia terus meningkat. Hal ini mengakibatkan impor LPG semakin besar, sementara produksi LPG dalam negeri justru menurun. Bisnis LPG dan teknologinya menjadi bahasan menarik pada Kuliah Tamu 2024, Teknik Mesin S-1, Institut Teknologi Nasional Malang (ITN Malang), di Ruang Amphi Lt 2 Gedung Teknik Mesin, Kampus 2, Senin (30/09/2024).
Mengangkat tema “LPG Business and Technology”, kuliah tamu menghadirkan Ir. Yosef Marlono, MM. Yosef merupakan alumnus Teknik Mesin D-3, ITN Malang angkatan 1977, dan meneruskan kuliah kembali di Teknik Mesin S-1 ITN Malang. Yosef saat ini beraktivitas sebagai Professional Engineer, Vice President of Technology Support & Multinational Company, dan Senior Advisor.
Menurut Yosef, ditinjau dari keilmuan teknik mesin pengadaan dan distribusi LPG ada hubungannya dengan teknologi proses, kompresor gas, pompa, turbin gas, dan lain-lain. Bahkan juga terhubung dengan teknik sipil terkait mendesain kolom, mechanical construction, dan lain-lain.
Pendistribusian atau pengangkutan LPG juga membutuhkan perkapalan dengan dua jenis mesin, yakni dalam bentuk berpendingin (refrigerated) dan dalam bentuk bertekanan (pressurized). Keuntungan ekonomis pengangkutan LPG dalam kondisi berpendingin adalah jarak yang lebih jauh dan volume muatan yang lebih besar. Biasanya untuk pendistribusian antar negara. Sementara pengangkutan LPG dalam kondisi bertekanan untuk jarak yang pendek dan volume muatan yang kecil. Biasanya antar pulau.
Baca juga : Mental Tangguh Dibentuk Lewat Organisasi Mahasiswa
“Semua bisa masuk (ke ranah teknologi LPG) baik teknik mesin, teknik sipil. Apalagi sekarang semua teknologi otomasi, semua ilmu integrated menjadi satu,” katanya.
Dikatakan Yosef, saat ini impor pemerintah terhadap LPG sebesar 8,3 juta metrik ton (MT). Sementara di dalam negeri hanya bisa memproduksi 5 persen dari kebutuhan nasional karena sumber gas sangat terbatas. Maka, untuk merangsang pertumbuhan ekonomi pemerintah memberi subsidi kepada masyarakat untuk membeli LPG.
Ir. Yosef Marlono, MM, sedang menjelaskan “LPG Business and Technology” pada Kuliah Tamu 2024 Teknik Mesin S-1 ITN Malang. (Foto: Mita/Humas ITN Malang)
“Dengan adanya subsidi maka daya beli masyarakat meningkat, otomatis perputaran ekonomi membaik. Namun ini mengakibatkan subsidi ekonomi pemerintah dari tahun ke tahun juga semakin meningkat. Maka, diubah lagi bisnisnya. Seperti di Jakarta ada pembagian kompor listrik, yang awalnya menggunakan LPG berubah ke kompor listrik,” ungkap Yosef dihadapan sekitar 100 peserta kuliah tamu.
Perlu diketahui, program konversi kompor listrik induksi sempat digulirkan pada tahun 2022. Namun, rencana ini akhirnya digantikan dengan pembagian rice cooker gratis mulai akhir tahun 2023. Melangsir dari berita Kompas awal tahun 2024, informasi terbaru pemerintah melalui Dewan Energi Nasional (DEN) memastikan program pembagian kompor listrik akan kembali berjalan pada 2025.
Yosef mengatakan, dengan pembagian kompor listrik beban pemerintah terhadap subsidi LPG lebih rendah, dan bisa digunakan untuk pembangunan lainnya. “Ini juga terkait dengan isu lingkungan, karena lebih bersih aman, dan harga kompetitif. Sekarang energi baru terbarukan semakin dikembangkan, seperti solar cell, pembangkit listrik tenaga air dan lainnya. Pasti banyak tantangannya. Seperti dulu saat perpindahan kerosin (minyak tanah) ke LPG,” bebernya.
Alumnus Teknik Mesin ITN Malang yang kali kedua bisa masuk Pertamina ini juga memberi motivasi kepada mahasiswa. Menurutnya lulusan ITN Malang meskipun dari kampus swasta tidak kalah dengan lulusan perguruan tinggi lainnya. Seperti halnya Yosef ketika lulus dari Teknik Mesin D-3 bisa diterima di Pertamina.
Baca juga : ITN Malang dan PT Lyondellbasell Advanced Polyolefins Jalin Kerja Sama, Mulai Magang Hingga Kelas Karyawan
Setelah beberapa tahun berselang dia memutuskan keluar dari Pertamina untuk melanjutkan studi di Teknik Mesin S-1 ITN Malang. Lulus dari program sarjana Yosef sempat mengenyam pengalaman di IPTN Indonesia Aircraft Industries Protective System Specialist, Garuda Indonesia Aircraft Maintenance Support (GMF), dan lainnya. Namun akhirnya Yosef kembali berlabuh di Pertamina sebagai Vice President of Technology Support Department.
“Jurusan Teknik Mesin memiliki kesempatan kerja lebih besar, tidak terbatas pada bidang tertentu. Kalau ingin menjadi pimpinan harus bisa mengubah mindset, pola pikir. Mengubah kultur budaya yang tidak baik, harus disiplin, punya integritas dan kemampuan yang kuat untuk berbuat baik dan berkelanjutan,” pungkasnya. (Mita Erminasari/Humas ITN Malang)